Know You More

Kesan pertama ketika mengenalmu adalah...

Kau orang yang sangat susah untuk didekati. Awalnya setiap topik-topik yang kuajukan hanya ditanggapi dengan singkat. Hal ini membuatmu terkesan jaga jarak pada siapapun yang baru mengenalmu. Seolah-olah kau tak mau mengenal mereka lebih dekat.

Tiap kali kulihat update statusmu, aku merasa... ah, kau orang yang tak bisa dikasari. Bahasamu begitu lembut dan sarat makna.
Aku saja sampai terhanyut ketika membaca frasa-frasa indah yang kau ciptakan. Kemampuanmu menulis memang tidak bisa diremehkan. Bahkan aku berpikir akan semakin bagus jika kau terus berkembang. Aku ingin sekali mendukungmu. Setidaknya aku merasa kita punya kesamaan. Sama-sama suka menulis.

Keinginanku untuk ingin dekat denganmu pun semakin kuat. Aku ingin mengenalmu lebih jauh lagi. Aku ingin tahu pribadimu lebih mendalam. Meresponmu adalah satu-satunya cara untuk menunjukkan bahwa aku peduli dan aku ingin dekat denganmu. Maka kuambil kesempatan emas ketika kau menampakkan nomor ponselmu di page. Syukurlah, kau tidak berkeberatan.

Benar dugaanku, kau adalah orang yang tak bisa untuk dihadapi dengan sikap kasar. Malam itu, jadi malam terpanjang kita untuk berhubungan lewat layanan pesan singkat. Keinginanku malam itu adalah aku dapat berada di sampingmu dan memelukmu. Aku tak sanggup melihat orang yang sudah kusayangi seperti adik sendiri disakiti.

Selanjutnya, kau menawarkan untuk berbicara melalui sambungan telepon. Tentu saja aku sangat senang dengan kesempatan ini. Meskipun aku sempat resah dengan tema yang diajukan. Ya, membicarakan orang lain yang juga dekat denganku, yang juga kusayangi dan kuanggap sebagai adik. Kalian sungguh bertolak belakang. Bahkan untuk menghadapi kalian aku harus punya cara tersendiri.

The More I Know

Esoknya, kau pun meneleponku lewat nomor axismu. Pembahasan dimulai ketika hubungan kalian masih lancar-lancar saja sampai proses retaknya hubungan kalian. Comment darinya dan inbox yang bernada ancaman adalah sebuah beban berat untukmu. Tentu saja, karena dia memegang kartu matimu. Aku berharap bahwa usaha untuk meyakinkanmu agar kau tak memikirkannya lagi tak sia-sia. Yakinlah dan positive thinking. Bukankah kau pernah berkata, ucapan adalah doa. Katakanlah kau aman, maka kau aman.

Awal pembicaraan kudengar nada bicaramu seakan kau sedang menanggung beban berat. Tapi, setelah kudengar tawamu hanya karena aku kelepasan membahas Seoul, nada bicaramu mulai meringan. Aku senang mendengarnya.

Akhirnya, kita pun melanjutkan pembicaraan dengan berbagai topik yang berbeda. Mulai dari membahas suaramu yang err... awalnya aku menduga tak cocok dengan tampangmu. Karena ketika kau bilang ‘halo’ pertama kali, ekspresiku syok. Kok suaramu tak seimut wajahmu malah lebih manly. Setelah mendengar komenku, tiba-tiba kau malah membuat nada bicaramu berkesan manja. Aih, kau buatku gerah... rah...(nyanyi ala Smash)

Selanjutnya, tentang pentingnya foto asli itu untukmu. Jujur, aku hampir bergubrak ria ketika mendengarmu mengatakan bahwa fansmu banyak. Bahkan sampai rela untuk mencetak fotomu. Aduh, segitu tampankah anak bunda ini? Tapi, sampai kapanpun tak akan kuijinkan kau untuk berubah demi orang lain. Jadilah dirimu sendiri. Jika kau tak ingin merubah foto profilmu, maka jangan diubah.

Aku tak begitu hafal urutan pembahasan kita. Tapi masing-masing sangat menarik karena aku bisa lebih mengenalmu.

Ada bahasan lagi tentang sekalinya kecebur ya basah sekalian... Hem, maaf ya. Kutolak tawaranmu untuk membagi link. Tapi, kuterima semua dokumen wordmu untuk tutorial desain grafis.

Membahas tentang masa-masa SMA memang menyenangkan. Terkecuali jika aku membahasnya denganmu. Kalimatmu yang menyatakan, “nggak bahagia banget masa SMA-nya”, itu membuatku sukses bergubrak ria. Apa salahnya jika aku menikmati masa SMA-ku dengan total membandel. Lagipula, ketika dulu aku melihat orang-orang yang berpacaran itu menurutku repot. Jadi deh dapat nasihat dari bocah sepertimu. “Kamu mengatakan itu karena kamu belum pernah berpacaran”, katamu.

Pambahasan mengenai jilbab adalah pembahasan paling err... sensitif(?) yang berakhir dengan kesimpulan, masih banyak juga yang memakai jilbab dari hati. Lalu, sebuah fakta yang tak kusangka sebelumnya. Fisikmu tinggi kurus. Bagaimana tidak? Tinggimu yang mencapai 170 cm tapi berat badanmu hanya 47 kg. Aduh, kau mengingatkanku pada seseorang.

Aku tak pernah kecewa ataupun menyesal dengan keputusan akhirmu. Aku justru bersyukur kini kau tahu mana jalan yang seharusnya kau pilih. Kusadari, semua butuh proses untuk kau benar-benar berubah.

Kau dan dia berbeda. Sungguh sangat berlawanan. Dia dewasa, bicaranya terus terang, ramah, asyik, socialista, dan terkadang kekanakan. Sementara kau menangani sesuatu dengan bijak, bicaramu juga sama terus terangnya, kau tampakkan kesan jutek pada mereka yang belum mengenalmu, namun sebenarnya kau ramah, kau asyik. Aku bersyukur dapat kesempatan untuk lebih mengenal kalian.

Sepertinya hanya ini saja yang perlu kuceritakan disini. Secara detailnya, biarkan kita simpan sendiri. Terima kasih sudah bersedia membagi kisahmu. Terima kasih juga untuk seseorang yang selalu jadi tempat aku mendiskusikan masalah-masalah ini. Semoga aku berniat menulis lagi disini...

Komentar

  1. haaaa..... aku galauu...hehehe.. maaf yah, untuk orang yg bersangkutan karena aku turut mengetahui cerita ini tanpa ijin kamu...hehehhe
    i just wanna be your friend. aku care sama kalian. kalian udah aku anggap kaya adekku... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga galau... mau q bikin note biar orang yg bersangkutan bisa baca... hehehe

      Hapus
  2. ini juga mengingatkanku pada saat aku 'menimbang sampah' di GSG. Apakah tentang dua orang itu ? Hmm aku duga hal ini benar adanya hehe. Bunda, enyak, emak memang cocok buat kamu sept.. Mereka bisa merasa nyaman bak bunda mereka sendiri. Berbagai asam garam pasti telah kau cicipi.. Pesanku untukmu "NICE STORY" tetaplah jadi Septenyet yang nyariin pisang ! Hahaha xD

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha... tentu ini tentang 2 my precious son. mereka benar-benar ibarat air dan minyak. ketika kau ingin melebur bersama air, maka jadilah air, begitu juga sebaliknya.Insya Allah dan semoga bisa berlanjut. Haha, aku hanya bisa memberi motivasi mereka. Selebihnya, pengalaman mereka sendirilah yang dapat mereka jadikan pertimbangan. Terima Kasih sudah sudi mampir dan meninggalkan jejak. Salam Pisang!!

      Hapus
  3. wah wah wah wah apikkkkk....
    sy sangat sentitif bagian dikau menyebuutkann berat badan~~err*senasib critanya* ==
    sepertinya dikau sudah lihai dan cihuyy jadi seorang ibu ya...wahhh momiii :D hahaha

    semangat semangat lakukan yg terbaik!! myuukk!!*lagisukakata2itu*

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahahaha... dianya yang bilang. inget kirio? secara fisik kita sama... trus dia nyebutin tinggi ma berat badan deh.

      hahaha... kalo jadi ibu masih jauh.. sebutan itu hanya sebutan. posisiku hanya sebagai kakak... trus, kenapa momiii????

      Insya Allah.. :)

      Hapus
  4. Wah, akhirny bljar nulis non-fiksi juga.. Dan sprtinya saia tau siapa kedua orang itu.. Hehe.. Kyany dr kmrn mrka berdua emng sering berkutat di otakmu y, slalu aja km jdiin topik pmbicaraan (meski g bsen dngerny sih), syukur deh pmkiranmu bisa dituangin di sni.. Mantab.. =v=d
    Semoga selanjutny msih niat nulis di sni lg y.. Banyakin pndpat egoismu jg gpp kok.. Wkwkwk.. OwO

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaha... sangat mudah ditebak klo aku yang nulis. wkwkwk

      sabar ya... dirimu kan ngerti nek aku wes seneng karo sesuatu ya urusanku neng kono tok. soale bingung put. rasane pingin cerita lewat tulisan ngono... akhirnya saya membangkitkan blog saya lagi...

      pingine sih cerita pengalamanku saka sing sijine. tapi mbuh, ana mood ora. ngko malah isine karepku kabeh nek kakehen pendapat egois. wkwkwk

      Hapus
    2. wkwkwk, io sept.. klo itu saia paham sekali.. anda orangny moody sih.. msti krn kmrn mmng lg kpngn nlis bgt, wkwkwk..
      hai? sijine? yg mana? o.o

      Hapus
  5. gue kirain yang dimaksud gue ternyata bukan hahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ye... pede gila lu... ini tentang kedua anak gue.. haha

      Hapus
    2. tp salah satu anak lu dah jadi milik gue mak :P

      Hapus
    3. gue udah bilang berkali-kali, kagak........

      Hapus

Posting Komentar

mohon tidak menggunakan bahasa kasar. terima kasih^^

Postingan Populer