Kelabilan yang kembali menyapaku

Hais... orang sepertiku akan selalu repot jika yang namanya kedatangan tamu tiap bulan. Bawaannya emosian melulu. Nggak ada angin nggak ada hujan tiba-tiba pingin ngunyah orang aja. Padahal nggak tau siapa yang mau kukunyah nyampe remuk redam orang itu. Sayangnya, atau beruntungnya, selama ini nggak ada korban yang ditemukan akibat bantaian cewek jejadian kayak aku. Khikhikhi...

Setelah selesai mengerjakan tugas, iseng-iseng buka facebook. Tau apa yang kutemukan? HECK! Pembahasan macam apa ini?! Seorang sahabatku yang biasa kupanggil Dhe mengomentari statusnya sendiri dengan –menurutku- nada pesimis.
Aku paling nggak suka sama sifat orang yang pesimis. Apalagi pakai kalimat mati-mati segala. Walaupun kutahu itu hanya emosi sesaat, tapi hal itu sukses membuat level kelabilanku langsung memuncak jadi level dewa.

Aku memang hanya berkomentar 2 kali, tapi itu bener-bener menggambarkan sifat ketidaksukaanku sama sifat pesimisnya dia. Oh ya, yang kumaksud rese itu bukan sikapmu selama ini, Dhe. Tapi, kalimat-kalimatmu yang bikin orang senewen tau gak?

Iseng, langsung kuchat ‘anak’ku tentang kondisiku. Paling nggak jikalau ada yang menanyakan tentang perubahan sikapku, ada yang mengerti keadaanku. Soalnya, aku orang yang gampang sekali terpancing emosi ketika sang tamu bulanan datang.

Aku berusaha mau menjelaskan masalah ini dengan orang bersangkutan secara langsung. Langsung kukirim pesan singkat padanya bertuliskan ‘knp dhe?’. Lama nggak ada balesan. Dafuq! Orang-orang yang kukirimi pesan singkat hari ini tak ada satu pun yang membalas. Akhirnya, kukirim saja pesan yang bener-bener menunjukkan bahwa aku labil pada orang-orang yang sudah kukirimi pesan singkat tadi. Pesannya seperti ini, ‘Pada kenapa sih? D sms pd g bales... Jadi tambah sensi deh...>.<’. Hahahaha, keliatan labilnya kan?!

Satu-satunya orang yang membalas pesanku adalah Dhe. Tahu apa yang dia balas? ‘q pingin mati’. Set dah, tuh anak satu tambah bikin senewen aja. Langsung tanpa pikir panjang, kutelpon dia. Panggilan pertama di reject. Panggilan kedua nggak ada respon. Panggilan selanjutnya sibuk. Panggilan selanjutnya nomor tidak dapat dihubungi. Kh, tambah khawatir saja...

Dhe pun sms lagi. Isinya? Jangan ditanya, bener-bener meragukan kalau yang sedang kuhadapi itu Dhe. Di layar ponselku tertera balasannya, ‘saya hubungi nanti’. Sungguh, aku ragu kalau kamu yang nulis ini Dhe. Sejak kapan ngomong pake ‘saya’ segala?! Balasan dariku pun seakan aku ragu kalau yang sedang kukirimi pesan ini seorang Dhe yang koplak, bikin ketawa, gampang digodain.

Oke, kutunggu dia sampai beberapa menit. Baiklah, aku akui. Dalam kondisi labil seperti ini, aku bukan termasuk orang yang sabar. Karena tak ada respon dari Dhe, aku pun meneleponnya kembali. Pokoknya harus telepon. Sayang, aku sampai bela-belain ikut paket telepon malam biar bisa telepon malah direject, nggak direspon, sama nggak bisa dihubungi.

Setelahnya, dia pun mengirimku pesan singkat lagi yang mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Hm, seharusnya aku sudah mulai tenang mendengarnya, namun ingin memastikan kembali. Kali ini balasannya sama, ‘q baik2 j sep’. Baiklah, aku berharap memang demikian. Mungkin, memang dia benar-benar tak ingin buat kuganggu. Dia ingin sendiri. Jadi, biarlah. Aku pun diam. Namun, emosi dalam hatiku masih bergolak. Haish, udah deh. Kumatiin tuh hape. Berusaha untuk tidur dulu agar bisa mendinginkan kepala dulu. Huft...

Jam 11 hampir jam 12 malam, aku pun terbangun. Kembali kumencoba untuk langsung membuka facebook. Tak sengaja kulihat Dhe online. Hanya ingin memastikan saja kalau dia memang baik-baik saja, kuchat dia. Tampaknya, dia lebih tenang sekarang. Setelahnya, baru kutengok hapeku yang teronggok tak berdaya. Kunyalakan hapeku dan tak lama kemudian terteralah 2 pesan singkat dari seorang yang sama.

Haha... mungkin bohong kalo aku nggak peduli dengan pesan singkat itu. Tapi, sayang, dia bukan orang yang kuekspektasikan untuk membalas pesan singkatku. Aku hanya membalas seperlunya saja. Entah kenapa, ketika mengingat aku begitu menyayangi orang ini, aku hanya bisa diam. Tak bersuara banyak, tak berargumen banyak. Hanya saja, ketika aku diam saat menyayangi seseorang, saat itulah aku benar-benar menganggap eksistensinya penting. Aku hanya membiarkannya berkembang. Biarlah jika aku tampak tak peduli. Karena pada saat yang sama, aku takut, benar-benar takut kehilangannya. Hehe, tak ada yang tahu hal ini begitu juga kau. Terima kasih sudah menampung ceritaku.

Komentar

Postingan Populer