Keegoisanku yang kekanakan...

Kan slalu...
Kurasa...
Hadirmu... antara ada dan tiada

................................................

Sebuah lagu jadul yang dipopulerkan oleh Utopia dengan judul antara ada dan tiada menjadi soundtrack hari selasaku yang...kesepian. Di (kamar) kos sendirian tanpa ada teman ngobrol. Ckckckck... benar-benar membosankan.

Iseng buka situs jejaring sosial paling terkenal seantero jagad yang bisa disebut facebook. Hm.. hanya ada apdetan status dari orang-orang yang kumasukkan dalam daftar ‘Teman Dekat’.
Rasanya sungkan sekali untuk mengomentari status-status itu. Apalagi kebanyakan dari seorang sahabat dengan profil picture bergambar sketsa tangan dengan warna masih hitam putih. Yeah, aku memang tak tahu bagaimana beritikat di dunia maya macam facebook. Haruskah kukomentari statusnya untuk menunjukkan bahwa aku peduli? Haruskah aku ‘like’ semua itu? Tentunya, itu bukan ‘aku’ sekali.

Karena tak ada kegiatan apa pun, akhirnya aku pun membuka tab baru dan mulai mengklik bookmark website tempatku mendownload anime. Huf, daripada terlalu lama menunggu untuk selesai mendownload lebih baik cuci baju yang sudah menumpuk itu. Rasa-rasanya aku tak akan ada waktu di akhir pekan untuk melakukannya. Akhirnya, aku tetap mencuci dengan laptop yang masih mendownload.

Setelah selesai mencuci, aku pun kembali menekuni laptopku. Mengecek apakah downloadanku sudah selesai atau belum. Huft, My Twinnie dan Abangku sedang dalam status online ternyata. Akhirnya kegiatan pun berlanjut dengan chatting bersama 2 orang yang berbeda. Hem... tak ada bahasan istimewa dari chatting kita ini.

Tak lama kemudian, pojok notifikasi fb-ku menunjukkan angka satu. Kucoba untuk mengeceknya. Oh, dia update status ternyata. Just that. Tak ada yang kulakukan setelah itu. Untuk mengomentarinya pun aku tak punya cukup keberanian. Setelah itu, kulihat statusnya online. Sampai disini pun aku tak punya keberanian untuk menyapanya.

Maafkan aku jika aku terlalu menyayangimu. Maafkan aku jika aku terlalu egois untuk tak menyapamu dulu. Rasa kecewa saat dulu itu masih ada. Saat pesan chat-ku tak pernah kau balas. Saat komentarku tentang catatanmu hanya dapat respon tak berarti. Huh, kau bilang terima kasih atas kritiknya dengan menyebut nama orang lain. Setauku, hanya aku yang mengkritik tulisanmu. Baiklah. Ku anggap inilah arti aku bagimu. Maaf, perasaanku memang sensitif.
Bahkan temanku sampai memarahiku karena aku berusaha menjauhimu. Tapi sungguh. Hubungan ini sudah terlalu canggung. Aku bahkan tak punya bahan obrolan denganmu. Aku sudah tak mengetahui apa pun tentangmu. Aku merasa, haruskah aku menyerah?

Sungguh, sejujurnya aku tak suka ketika hubunganku dengan seorang terganggu oleh orang lain. Ya, aku memang posesif dan bodoh. Dengan mudahnya aku memberikan apa yang kupunya agar orang lain bisa dekat dengan orang-orang yang kupedulikan. Hingga akhirnya, selalu akulah yang ditinggalkan. Aku merasa, aku ini bukanlah tipe orang yang pantas dipedulikan oleh orang lain. Aku hanya perlu memberikan kepedulianku pada orang lain. Tanpa perlu orang lain tahu apa yang sebenarnya aku rasakan. Tanpa perlu orang lain tahu apa maksud tersembunyi dalam tindakan-tindakanku. Tanpa perlu orang lain mengerti aku seutuhnya. Kurasa, inilah yang membuatku selalu merasa menjadi seorang yang tersisihkan. Hahaha :D

Tapi, maaf. Aku belum terlalu kuat untuk menjadi bintang di kota. Namun, aku juga tak mau menjadi cahaya kota.

Biarkan aku memelukmu. Biarkan aku sembunyi dibelakang punggungmu. Hingga tak ada orang yang melihatku dengan segala sikap kekanakanku.

................................................

dan anganku tak henti
bersajak tentang bayangmu
walau kutahu
kau tak pernah anggapku ada

Komentar

Postingan Populer